Badai

Berbeda dengan Pamor, Badai adalah aliran yang lebih muda dan berasal dari keluarga yang sama. Bagaimana datangnya aliran Badai ke keluarga Oom Dave adalah seperti berikut:
Di Sulawesi Selatan ada kepala suku yang membuang anak perempuannya, namanya Sumiami, dari desanya. Dia termasuk turunan dari satu kelompok di Indonesia yang terkenal sebagai ‘Orang Laut’. Sejarah dari kelompok ini tidak begitu di kenal tapi ada kemungkinan berabad-abad yang lalu berhubungan dengan pulau Bawean. Sumiami dibuang dengan perahu dan tidak boleh lagi kembali ke kampungnya. Sesudah mengalami pelayaran yang berat dia berlabuh di pulau Djawa pada perkebunan (kelapa) dari Raden Bagin Swarsan, seorang paman dari Oom Dave. Sesudah mendarat dia membikin gubuk untuk menetap. Waktu sedang mengontrol Pak Swarsan melihat Sumiami di gubuknya. Dia bertanya sedang apa kamu ada disini dan Sumiami menjuruhnya pergi dari situ. Tidak lama kemudian Sumiami menjerang dengan pintarnya dan Pak Swarsan dengan susah payah mengelakan serangan-serangannya. Pak Swarsan sangat kaget, ternyata gadis ini bisa mengelakan dengan baik dia pintar menggunakan aliran Badei. Sesudah berkelahi Pak Swarsan membolehkan Sumiami tinggal di perkebunannya dengan sjarat supaya menjaga kebunnya. Oom Dave dan saudaranya Raden Panji Setiocipto belajar Badai dari wanita Sumiami ini. Pak Cipto lebih lama lagi belajar Badai dari Sumiami dan nantinya akan menjadi kepala dari aliran Badai.

Dalam tahun 1969 Badai diresmikan jadi aliran silat baru yang di akui oleh IPSI.

Arti Badai ada dua, selain sebagai Badai, angin puyuh, juga merupakan singkatan dari Bela Diri Anak Indonesia. Setelah Pak Cipto meninggal, maka Oom Dave menjadi pengganti resmi sebagai kepala aliran Badai.

Seragam Badai terdiri dari baju abu-abu dengan selendang biru tua. Warna-warnanya melambangkan kedukaan dan mencerminkan persaan kasian kepada lawannya.